Bab 1. Wanita Perkasa
“APA??”
Jonny menganga lebar di depan kedua orang berbadan besar dan berseragam serba hitam. Kedua pria itu acuh pada keterkejutan Jonny dengan apa yang baru mereka katakan. Kedua pria itu mengatakan pada Jonny, bahwa Jordan dan Azhura menarik kembali mobil untuk mengantar Jonny dan Alexia pulang. Alexia pulang bersama Nathan, sementara dirinya pulang dengan Flora. Perempuan yang berjalan seperti jantan di pesta beberapa waktu yang lalu.
Jonny kembali meringis mengingat beberapa waktu yang lalu. Baru saja Jordan mengenalkan Jonny dengan Flo.Tetapi gadis itu sepertinya memiliki rencana jahat. Buktinya saja, ia tidak pernah membiarkan Jonny hengkang dari sampingnya. Azhura dan Jordan berada di pelaminan, sedangkan, Alexia dan Nathan pergi entah kemana. Jadilah Jonny bersama Flo sepanjang resepsi.
Beberapa kali Jonny melihat Nathan dan Alexia di antara bauran tamu yang berdatangan. Jonny ingin sekali berlari dan mengikuti mereka. Namun, Flo kembali berulah. Ia mengetahui gelagat Jonny dan menahan kerah kemeja bagian belakangnya. Jonny pun tidak bisa berbuat apa lagi. Ia pun hanya bisa menunduk dan tetap diam di tempat.
Penderitaan Jonny belum berakhir. Flo menyuruh Jonny makan meskipun ia sudah kenyang. Melihat pelototan Flo, akhirnya Jonny menurut dan kembali makan apa yang di sodorkan oleh preman pasar itu.
Jonny sungguh tidak tahan jika mereka berdekatan. Jonny tidak ingin berurusan lagi dengannya. Cukup hanya sekali saja.
Jonny tidak bisa membayangkan apa saja yang akan terjadi jika ulah kedua sahabatnya dan juga Jordan, betul-betul mendekatkan mereka. Eh, ralat, menjodohkan.
Hingga saat ini, Jonny belum ingin memperjelas gender untuk masa depannya. Ia masih senang seperti sekarang ini. Memiliki dua sahabat absurd dan melakukan hal-hal gila setiap hari sudah cukup membuatnya bahagia tanpa memikirkan pasangan. Dengan kepribadian yang feminim, semakin mempererat persahabatan ketiganya. Mereka melakukan hal yang sama tanpa mempermasalahkan gender Jonny yang agak menyimpang.
“Aku tidak mau tahu! Aku mau mobil tadi pagi yang harus mengantarku pulang!” kukuh Jonny tidak mau mengalah.
“Maaf, pak,” Jonny melotot pada pria berkumis itu karena nama panggilan tersebut, “Mobil itu sudah dibawa pulang oleh asisten Pak Jordan yang lain. Anda di minta pulang bersama Nona Flo. Sebentar lagi Nona Flo akan datang”
Wajah Jonny memerah menahan kesal. Ia pun merogoh kantongnya dan menghubungi nomor Azhura. “AZHURA…!!! KATAKAN PADA SUAMI BARUMU UNTUK MENGEMBALIKAN MOBIL TADI PAGI. AKU TIDAK MAU PULANG BERSAMA WANITA PERKASA ITU!!!”
Azhura terbahak dari seberang sana. Ia sudah tahu hal ini akan terjadi. Tetapi demi mendekatkan mereka, berbagai cara pun harus dilakukan.
“Pulang saja dengannya, Jonny. Kau akan diajari naik motor besar” jawab Azhura setelah tawanya mereda.
Jonny mengendus kasar. “Aku tidak tertarik belajar mengendarai motor besar. Hidupku baik-baik saja sampai tadi pagi. Jangan mulai mengusikku, Azhura” Azhura semakin terbahak. Ia pun tetap besikukuh menyuruh Jonny pulang dengan Flo. Mau tidak mau, ia harus pulang bersama Flo. Jika tidak, maka ia harus mencari jalan pulang sendiri. Dasar teman jahat!
“Jonny, tunggu sebentar lagi ya. Pokoknya kalian harus pulang bersama. Titik!” tambah Azhura.
Jonny pun memutuskan sambungan dan menggerutu tidak jelas. Lihat saja nanti, Jonny akan membalas perbuatan mereka.
Jonny memekik ketika sebuah motor besar berhenti secara tiba-tiba di depannya. Si pengendara membuka kaca helm dan memperlihatkan wajah Flo. Jonny mengerjap untuk memulihkan kesadarannya. Flo memakai motor Kawasaki Ninja 250 RR Mono, helm full face, dan pakaian wanita yang tadi dikenakan telah berganti dengan celana jeans robek sana sini, kemeja lusuh dan di pergelangan tangannya terdapat beberapa gelang ala rock, serta sepatu kets lusuh. Astaga…
“Ayo naik!”
Jonny menelan ludah bersusah payah. Badannya mulai gemetaran. Mulai sekarang hidupnya pasti tidak baik-baik saja lagi. Ia telah berurusan dengan preman yang sangat menyeramkan.
“A-aku... pulang sendiri. Menunggu teman,” tolak Jonny halus. Sebenarnya tidak ada lagi teman yang dikenalnya di dalam ball room hotel ini. Sebagian besar tamu sudah kembali dari pesta. Hanya beberapa sanak saudara saja yang masih asyik mengobrol. Itupun para orang tua.
“Tidak ada lagi orang di dalam sana. Ayo cepat! Aku sudah berjanji pada Jo akan mengantarmu” tambah Flo mulai kesal. “Di sini banyak begal.” Bisiknya.
Jonny mulai menciut mendapat pelototan Flo. “I-i-iya” cicitnya.
Jonny pun menurut dan naik ke atas motor besar Flo. Ia menggenggam kedua tangannya untuk mengurangi rasa gemetarannya.
“Hei … apa yang kau lakukan?” Flo memutar tubuhnya dan semakin melotot.
Jonny menggaruk kepala tidak mengerti, “Aku sudah biasa seperti ini,” jawabnya.
“Duduk menyamping dengan kaki kanan menimpa kaki kiri?” Tanya Flo geram. Jonny mengangguk polos.
Flo menghela nafas panjang dan mengangkat kaki kanan Jonny ke atas. Jonny memekik ketakutan dan kesakitan. Semantara Flo menghempaskan kaki kanan Jonny ke sisi bagian kanan motornya. Jonny betul-betul membuatnya marah.
“Aakh, sakit sekali” ringisnya memegang paha kanannya. Hampir saja Flo mematahkan kakinya. Sungguh kejam sekali, batinnya.
“Harus seperti itu. Kau ini pria. Harus kuat dan terlihat macho” bentak Flo sadis.
Jonny mengangguk patuh, “I-i-iya” jawabnya terbata.
“Pegangan yang kuat!” Flo menarik gas dan melajukan motornya secepat mungkin. Jonny yang awalnya memegang besi di belakang motor hampir terpental dan akhirnya memeluk pinggang Flo seerat mungkin.
“Diam!” Jonny langsung bungkam dari teriakannya. Baru kali ini Flo menemukan seorang laki-laki histeris saat melajukan motornya.
Flo menggelengkan kepala melihat Jonny yang kemayu. Flo bisa merasakan sesak karena kencangnya pelukan Jonny di perutnya. Semakin Flo menaikkan laju motornya, semakin erat pula Jonny memeluknya. Kepalanya di tempelkan pada punggung Flo. Berharap tubuhnya tidak terbang terbawa hembusan angin malam.
Flo melambatkan laju motornya dan beberapa saat kemudian berhenti. Flo melirik pada perutnya dan menemukan kedua tangan Jonny memutih dan gemetaran. “Woi… perutku sakit, bodoh!” kata Flo menyadarkan Jonny.
Akhirnya Jonny mengangkat kepala dan menarik kedua tangannya dari pinggang Flo. Ia memeluk dirinya sendiri. Tidak sanggup lagi melanjutkan perjalanan berbahaya ini. “S-su-sudah sampai?” tanya Jonny penasaran.
 
“Sampai kepalamu? Perutku sakit! Lagian aku tidak tahu dimana rumahmu” gerutu Flo kesal.
Jonny meringis setelah menyadari tempat mereka. Di sekeliling mereka hutan belantara. Dimana mereka saat ini? Apa Flo memiliki rencana untuk menyakiti Jonny? Semacam pemerkosaan mungkin? Jonny terkejut akan pemikirannya. Ia pun menggelengkan kepala dan melirik Flo yang sedang menghela nafas panjang.
“Di-dimana ini?” tanya Jonny mulai ketakutan untuk kesekian kalinya.
“Kau tidak melihat kita sedang di hutan?” Flo balik tanya dan menyipit.
“Ma-ma-maksudku, ke-ke …”
“Kenapa kita bisa sampai disini?” potong Flo. Jonny mengangguk. “Istirahat sebentar” tambahnya santai.
“Istirahat?”Jonny semakin bingung.
“Ya, sebentar lagi aku ada pertandingan.” Jawab Flo singkat.
“Pertandingan? Pertandingan apa?” Jonny semakin penasaran.
Flo berdecak, “Nanti kau akan tau sendiri. Bersiaplah. Kau akan menjadi partnerku nanti”
“Apa maksudmu? A-aku mau pulang saja” elak Jonny curiga.
“Tidak bisa! Kau harus ikut denganku!” Kukuh Flo tidak terbantah. “Bersiaplah, kita akan segera ke sana.” Kembali Jonny histeris seperti di awal tadi saat Flo menancap gas.
Lima belas menit kemudian mereka tiba di sebuah tempat yang sangat menyeramkan bagi Jonny. Ia mengangkat kepala dan menemukan banyak orang dengan dandanan menyeramkan. Sebagian besar dari mereka memakai pakaian berwarna hitam, sementara para wanita memakai pakaian lebih terbuka. Flo turun dari motornya dan menyapa mereka sambil bertos ria.
“Flo, siapa yang kau bawa?” celetuk salah satu dari mereka.
“Kau membawa bayi?” Suara gaduh terjadi di tempat tersebut. Flo hanya tersenyum miring sambil mengangkat bahu.
“Flo, boleh aku membawanya pulang?” Jonny gemetaran ketika seorang laki-laki bengis mencolek dagunya. Sungguh menyeramkan, batinnya. Jonny tidak bisa berbuat apa-apa selain mendengar ejekan dari teman-teman Flo. Mereka semakin mengolok-oloknya melihat ketakutan tercetak di wajah Jonny.
“Sudah, sudah! Kalian membuatnya takut” Flo melerai dan menepuk-nepuk punggung Jonny. Flo hampir menyemburkan tawanya melihat Jonny yang hendak menangis. “Tidak apa-apa! Tenang saja! Mereka tidak akan memakanmu. Dagingmu pasti tidak enak dimakan” tambahnya bercanda.
Jonny menatap tajam pada Flo. “Aku ingin pulang!” decisnya
“Weish …, slow, bro. Anak SMP saja masih keluyuran jam segini” elak Flo santai.
“Oke! Semua bersiaplah!” Seorang lelaki berkisar dua puluh lima tahun memberi aba-aba. Mereka semua terdiam dan mempersilahkan lelaki itu melanjutkan perkataannya. “Seperti biasa. Lima kali putaran. Siapa lebih dulu tiba di garis finish, dialah pemenangnya.” Suara ricuh kembali menggelegar di sana. “Oke, guys…, bersiaplah dengan motor dan partner kalian” Jonny mengerjap sebanyak mungkin. Masalahnya, Flo menaiki motornya dengan Jonny masih berasa di atasnya. Sejak tadi Jonny tidak turun sama sekali.
“Oke ….” Sekali lagi lelaki itu memberi aba-aba.
“A-apa ma-maksudnya ini?” tanya Jonny terbata.
Flo memiringkan kepalanya, “Kau hanya perlu diam dan berpegangan seerat mungkin agar tidak jatuh.” Jawabnya santai, lalu memakai helmnya.
“Ma-maksudmu?”
Flo menegakkan badannya. “Kau partnerku malam ini.”
“A-APA?”
“Diamlah!”
“Aku tidak mau! Turunkan aku” kukuh Jonny hendak turun
Flo memukul paha Jonny hingga meringis. “Tidak ada waktu lagi, bodoh. Diam dan pegangan yang kuat!” Flo memainkan gas motornya dan beberapa pengendara lain telah bersiap di garis start. Jonny meremas pundak Flo menahan ketakutan. Flo pun menarik kedua tangan Jonny dan melingkarkan di perutnya. “Pegangan yang kuat kalau kau tidak mau jadi mayat”
Akhirnya Jonny mengangguk dan memejamkan mata ketika aba-aba ‘GO!’ diteriakkan. Puluhan motor menancap gas sekencang mungkin untuk memenangkan pertandingan tersebut.
Jonny tidak berani membuka mata maupun suara. Badannya semakin gemetaran hebat. Sepertinya Flo tidak peduli dengan ketakutan Jonny, ia semakin menambah laju motornya.
“Hentikan!!!” Suara Jonny gemetaran di putaran ke empat. Ia sungguh tidak tahan lagi. Flo dan tiga pengendara yang lain saling beradu kecepatan. Tinggal satu putaran lagi untuk menentukan pemenangnya.
Flo menulikan telinganya dan semakin menambah kecepatan. Jonny menutup mata dan menahan nafas. Rasanya ia sedang melayang di atas awan menununggu detik-detik kehancuran badannya.
***
TBC
Bab 2. Tamu Tidak Tau Diri