Dua kali shooting di Banten, Wulan dan Handoko tidak mengalami gangguan apapun dari makhluk halus. Meskipun sempat mengalami peristiwa terseret ke alam gaib, mereka merasa senang.
Handoko bahkan telah mengunggah semua hasil editannya, dan VLOG mereka yang mengambil tema episode di Banten ditayangkan di channel YouTube Indonesia Hebat! kreasi Wulan dan sahabatnya itu.
Video blog mereka semakin digemari dan menuai pujian dari viewers. Walaupun beberapa di antara para pengunjung channel terus bertanya soal bayangan hitam yang muncul di episode-episode awal VLOG mereka.
Komentar-komentar bernada jail atau seram seputar dunia tak kasat mata dan alam gaib yang direkam tidak sengaja oleh Handoko itu, ditanggapi dengan kata-kata bijak oleh Wulan.
Dia tidak mau viewers dan pengunjung channel VLOG mereka tidak bersimpati dan meninggalkan VLOG yang dibuat dengan sepenuh hati oleh Wulan dan Handoko.
Malam ini, rencananya Wulan dan Handoko akan menyeberang ke Pulau Sumatera untuk mengunjungi banyak objek wisata di tiap provinsi di pulau tersebut.
Handoko telah memesan tiket kapal laut, mereka memang memutuskan untuk mencoba berpetualang menyeberangi pulau. Apalagi sebelumnya Wulan belum pernah berkunjung ke Pulau Sumatera dan Handoko jarang naik kapal laut. Mereka berdua sangat antusias.
“Gue sengaja pilih penyeberangan malam, Lan. Biar kita bisa sampai di Lampung Subuh.”
“Iya, aku setuju Hand. Oh ya, kamu punya saudara yang tinggal di Bandar Lampung katanya?”
“Yup. Kemarin ketika gue menelepon orang tua gue, kata bapak, kami itu punya saudara sepupu yang telah lama tinggal dan menetap di Lampung. Dulu sih kalau tidak salah mereka bertransmigrasi ke sana ikut program pemerintah dan merasa betah. Jadi jarang pulang ke Blitar.”
“Oh begitu ceritanya. Kamu udah coba menghubungi mereka belum, Hand?” tanya Wulan penasaran.
“Belum sempat sih. Nanti deh sesampainya kita di pelabuhan gue coba menghubungi keluarga gue itu. Lo siap-siap aja berangkat. By the way, kita akan menyeberang dari Pelabuhan Tanjung Priok, Lan. Ada rute baru yang diresmikan oleh pemerintah dan gue denger cukup nyaman bagi mereka yang baru pertama kali naik kapal laut dan menyeberang.”
Wulan mengangguk, dia ikut saja usul Handoko itu. Wulan belum pernah sama sekali naik kapal laut. Satu-satunya pengalaman yang dia punya adalah menyeberang ke Kepulauan Seribu ketika sedang berlibur bersama keluarganya atau naik banana boat dan jet ski saat menikmati wisata alam di Pantai Carita.
“Kirain aku kita akan menyeberang dari Pelabuhan Merak, Hand. Kata bapak dan kakak sulungku begitu,” ujar Wulan.
“Iya sih, memang biasanya dari Merak. Ini kan rute baru dari Tanjung Priok. Udah, lo tenang aja Lan. Semua udah gue atur kok, pasti beres!” Handoko mulai bertingkah genit, dia mengedipkan mata kanannya ke arah Wulan.
Wulan pun jadi tidak bisa menahan tawa dan tersenyum gembira melihat tingkah Handoko yang dikenalnya itu.
Dari kejauhan sesosok entitas yang selalu setia mengikuti Wulan, terus memperhatikan mereka berdua tanpa berkedip.
***
Jarak Jakarta – Lampung kurang lebih sekitar 214 kilometer. Jika ditempuh dengan mengendarai kendaraan pribadi seperti mobil, memakan waktu 4-5 jam, dengan kecepatan 50 kilometer per jam. Tetapi kedua provinsi ini dipisahkan oleh Selat Sunda, sehingga perjalanannya menjadi lebih lama.
Jika Wulan dan Handoko naik pesawat ke Lampung, mereka akan mendarat di Bandara Raden Intan II (Branti) yang terletak di Natar, Kabupaten Lampung Selatan. Jarak antara wilayah ini ke kota Bandar Lampung sekitar 22 kilometer.
Ada pula alternatif lain untuk menuju Lampung yaitu dengan naik angkutan umum Damri. Bus ini akan berangkat dari Stasiun Gambir dengan tujuan akhir Stasiun Tanjung Karang, Bandar Lampung. Damri menyediakan armada bus dari kelas ekonomi, bisnis, sampai royal dengan tarif bervariasi. Rute yang ditempuh adalah Jakarta-Merak-Bakauheni-Tanjung Karang. Waktu tempuh tidak bisa diprediksi, tergantung keadaan jalanan. Jika macet bisa berjam-jam lebih lama. Namun jika jalanan tampak normal atau lancar, diperlukan waktu sekitar 6 jam sampai ke Lampung. Apabila macet, kira-kira 9 jam bahkan lebih.
Kemudian alternatif yang sekarang cukup sering dipakai orang adalah naik travel. Banyak perusahaan transportasi melayani rute dari Jakarta atau kota-kota besar lainnya di Pulau Jawa menuju Bandar Lampung, Pringsewu, Lampung Tengah, maupun Kota Metro. Tarifnya pun beragam dari mulai 250 ribu rupiah sampai 300 ribuan. Tergantung kota awal dan lokasi tujuan. Ketika Handoko menyarankan agar mereka mencoba naik travel, Wulan kurang sreg.
Maka mereka akhirnya memilih opsi lain, yaitu menyeberang naik kapal laut ke Lampung dari Pelabuhan Tanjung Priok yang otomatis letaknya lebih dekat dari kota Jakarta.
Rencananya, Wulan dan Handoko akan diantar oleh bapak Wulan serta Ustad Udin yang kebetulan ingin menjumpai mereka sebelum berangkat keluar pulau.
Agaknya Ustad Udin berniat memberikan wejangan bagi Wulan dan Handoko agar tetap menjaga ibadahnya saat berpetualang, seperti rajin salat, berdoa, dan tidak lupa selalu meminta perlindungan Allah.
“Bapak lo mau nganterin kita jam berapa, Lan?” tanya Handoko di telepon. Nanti sesudah salat magrib, Handoko akan datang ke rumah Wulan dan mereka berempat berangkat dari sana.
“Jam tujuh katanya, abis makan malam. Kamu ke sini aja dulu, Han. Sebelum azan magrib juga enggak apa-apa. Salat jamaah saja di rumah, bareng bapak dan Ustad Udin,” jawab Wulan.
“Hmm, oke deh. Gue takut kena macet juga. Enggak apa-apa ya kalo gue udah muncul di depan rumah lo jam lima sore,” kata Handoko.
“Boleh, silakan saja.”
“Tadinya gue mau bawa mobil juga ke Lampung. Jadi kita enggak perlu sewa kendaraan di Sumatera. Tapi dipikir-pikir agak ribet juga, gampanglah nanti kendaraan di sana. Mudah-mudahan saja saudara gue di Lampung ada mobil dan kita bisa pinjam atau sewa motor, atau naik bus. Gimana nanti aja ya, Lan.”
“Iya, semoga perjalanan kita ini dimudahkan oleh Allah, Hand,” harap Wulan.
Wulan dan Handoko akan naik kapal laut Mutiara Timur I. Ada tiga kapal bermotor yang telah siap beroperasi dari Pelabuhan Tanjung Priok yaitu Mutiara Timur I, Mutiara Sentosa II dan Mutiara Sentosa III.
Menurut informasi yang Handoko dapatkan, masing-masing kapal laut itu dapat memuat sekitar 300 penumpang, 110 truk, dan 250 kendaraan pribadi. Ketika Wulan bertanya berapa harga tiketnya, Handoko berkata sangat murah.
“Untuk dewasa seperti kita harga tiketnya 50 ribu, Lan. Kalo untuk anak-anak 35 ribu. Terus, sepeda motor dikenakan tarif 115 ribu dan mobil tarifnya 475 ribu dan sudah termasuk asuransi.”
“Wah, murah banget Hand. Itu untuk kelas bisnis?” tanya Wulan.
“Bukan sih, Lan. Tarif yang tadi gue sebutin untuk kelas ekonomi, haha,” jawab Handoko sambil tertawa.
“Ya udah. Jangan lupa bawa perlengkapan pribadi sama alat-alat untuk vlogging,” kata Wulan mengingatkan Handoko sambil menutup pembicaraan mereka dari ponsel.
***
“Alhamdulillah sampai juga kita. Untung enggak macet banget, ya,” kata bapak setelah mereka berempat sampai di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara.
Ustad Udin keluar dari bagian depan mobil, sedangkan Wulan dan Handoko turun dari belakang. Dengan sigap Handoko segera mengambil barang bawaannya. Mereka harus mengantri untuk dapat masuk ke dalam kapal laut.
Bapak memeluk Wulan erat sambil berpesan untuk menjaga kesehatan dan tidak lupa untuk sering menelepon dirinya dan ibu Wulan. Bapak sedikit meneteskan air mata, meski beliau berusaha tegar.
Ustad Udin juga memeluk Handoko dan membicarakan sesuatu yang membuat partner Wulan itu tertawa dan berjanji akan menjaga Wulan. Ustad Udin mengatupkan tangannya ke dada untuk melepas kepergian Wulan dan menasihatinya sebentar.
Peluit kapal laut berbunyi, tanda perjalanan di malam hari dari Jakarta ke Lampung akan segera dimulai. Para penumpang diharapkan untuk segera naik ke kapal dan duduk di bangku masing-masing.
Bapak dan Ustad Udin melambaikan tangan mereka ke arah Wulan dan Handoko yang telah naik ke buritan kapal. Wulan tersenyum lega saat tahu mereka tepat waktu.
Handoko meminta Wulan mengikutinya. Mereka harus mencari tempat duduk yang nomornya tertera di tiket kapal laut. Ternyata Handoko memesan tiket kelas bisnis, jadi ruangan dan bangkunya lebih nyaman untuk ditempati.
“Kira-kira perjalanannya membutuhkan waktu berapa lama ya, Hand?” tanya Wulan setelah mereka duduk di bangku yang telah disiapkan.
“Sekitar tujuh atau delapan jam, Lan. Lo bisa tidur di kapal dulu. Nanti kapal berangkat jam sepuluh malam nih, jadi kita sampai antara jam enam atau tujuh menurut gue.”
“Kamu tadi udah salat Isya kan, Han?” tanya Wulan lagi.
“Aman, udah kok!”
“Baguslah,” cetus Wulan. Dia berdoa dalam hati memohon perlindungan Allah di perjalanan ini dan berharap selamat sampai lokasi tujuan.
Petugas kapal datang untuk memeriksa tiket mereka. Handoko menyerahkan dua lembar tiket ke tangannya. Petugas itu lalu tersenyum berterima kasih dan melanjutkan tugasnya kembali.
Handoko menyandarkan punggungnya ke bangku yang terpisah dari Wulan, meski mereka duduk bersebelahan.
Mata Handoko sudah terpejam ketika peluit tanda kapal laut akan berangkat terdengar nyaring.
Wulan sendiri merasa sayang untuk menutup mata, dia masih ingin menikmati suasana di dalam kapal laut ini. Di depan ada layar besar yang sedang memutar film bioskop Indonesia. Tadi Wulan sempat melihat toilet di pinggir ruangan kelas bisnis, ada empat toilet. Dua untuk penumpang perempuan dan dua lagi untuk penumpang laki-laki.
Suasana di dalam kapal tampak nyaman dan bersih, bangku dan karpetnya masih baru. Harum pewangi ruangan tercium oleh hidung Wulan.
Penumpang di kelas bisnis juga tidak terlalu banyak, sehingga tidak terasa sesak. Menurut perbincangan beberapa penumpang yang Wulan dengar, di lantai atas ada kantin yang menjual makanan dan minuman untuk penumpang kapal dengan harga terjangkau.
Agaknya kapal ini bisa dibanggakan untuk menjadi sarana transportasi berwisata di Indonesia bagi para turis asing dan wisatawan domestik seperti Wulan.
Lama kelamaan karena tidak ada teman untuk diajak berbicara, Wulan mulai mengantuk. Dia pun tertidur pulas mengikuti jejak Handoko yang sudah berada di alam mimpi dari tadi.
Maka malam ini mulailah petualangan Wulan dan Handoko menyeberangi pulau. Dari Pulau Jawa, rumah mereka, menuju Pulau Sumatera. Pulau yang belum pernah Wulan kunjungi namun, pasti menyimpan banyak potensi alam dan objek wisata menarik, yang patut diangkat dan diperkenalkan melalui VLOG Indonesia Hebat! milik mereka itu.
sementara Tamat
Alhamdulillah, akhirnya kita sampai juga di bab ini para Pembaca Budiman
. Kenapa saya mencantumkan keterangan sementara tamat? Itu karena pengarangnya yaitu saya, memutuskan untuk sejenak 'hiatus' alias melakukan hal lain, sambil mencari informasi dan mengumpulkan riset untuk menulis bab 31 dst. FYI, TRAVeLOG ini akan saya tulis sekitar 90 bab, jadi kalau dibukukan kira2 ada 2 buku (Part 1 dan Part 2) ini baru sebagian, di buku pertama rencananya ada 45 bab. Di buku kedua juga sama sekitar 45 bab. Kita akan keliling Indonesia bersama Wulan dan Handoko, Teman-teman. Exciting gak?
Nantikan pengumuman mengenai bab 31 dst di aplikasi NN dan situs ini ya, sekalian kalian bisa pantau karya saya yang lain dari FB saya silakan di add jika berkenan, cek Tha R Sya, oke. Kalau saya lupa memasukkan kalian jadi teman kasih note aja, "Teh, saya pembaca TRAVeLOG," begitu hehe.
Thanks ya udah mengikuti perjalanan Wulan, Handoko, hantu Garry, Ustad Udin, Elena, Riza dkk. Jangan lupa ikutan GA-nya karena sekitar 3 hari dari hari ini, Inshaa Allah senin ya akan saya umumkan pemenangnya (tapi ada syaratnya yaitu jika yang ikutan GA minimal 5 orang, okeh?!) Cek lagi ketentuan mengikuti GA dari S&K di bab 11 dst, saya tunggu lho partisipasi kalian semua.
Tanpa banyak omong lagi, dengan hati tulus dan penghargaan setinggi2nya pada kalian semua para pembaca TRAVeLOG yang mengikuti dari APP atau situs novel.id ... saya ucapkan terima kasih banyak (menunduk takzim). Sampai jumpa di TRAVeLOG bab 31 dst, ya. I LOVE YOU, ALL because ALLAH
Please, Watch Your Back! 
Daftar Isi
Bab Sebelumnya