Bab 49
Pertempuran Sengit
Author Pov
Serangan Sara membuat Leonna beberapa kali terhempas ke tanah. Stella berulang kali meminta Sara menghentikan kekejamannya dan melepaskan mereka dengan menyerahkan buku mantra yang dulu sangat diinginkan Sara.
Sayangnya Sara sudah dibutakan dendam dan keinginan untuk menghancurkan keluarga Bradley termasuk menyingkirkan Leonna.
“Hentikan Sara!” teriak Bradley saat Leonna pun mulai kehabisan tenaga menahan serangan Sara yang bertubi-tubi. Leonna sadar kalau dia tidak akan pernah bisa menang melawan sihir Sara sedangkan sihir serta kekuatan Belthazor di dirinya belum terlalu bisa dieksplorasi.
“Hentikan semua dendam yang ada di hatimu,” sambung Bradley dengan napas terengah-engah. Andai jiwa Belthazor masih ada di dirinya mungkin dia bisa melumpuhkan Sara tapi kini Bradley hanyalah manusia biasa yang sudah kehilangan semua jiwa iblisnya. Selain memulihkan energi, saat tidur ternyata Bradley sedang berjuang melepaskan jiwa Belthazor dari tubuhnya.
“Hentikan? Tidak Brad, aku tidak akan berhenti sebelum kau, istri serta anak-anakmu mati di tanganku,” jawab Sara. Stella yang masih penasaran dengan alasan kenapa Sara membencinya mencoba mendekati Sara dengan cara merangkak. Perutnya masih bergejolak dan rasa sakit diacuhkan Stella. Ada jawaban yang ingin Stella dengar langsung dari mulut Sara.
“Kau boleh membunuhku tapi sebelum itu tolong jelaskan alasan kau ingin membunuh kami semua,” pinta Stella. Sara tertawa lalu sengaja jongkok di samping Stella. Sara meletakkan tangannya di dagu Stella dan mengangkatnya agar mata mereka saling bertatapan.
“Kau tidak lihat wajahku mirip siapa?” tanya Sara membuka awal rahasia yang selama ini dia tutupi dari siapa pun. Rahasia tentang siapa ayah kandungnya serta tujuannya memendam dendam selama ini.
Stella mencoba mengingat dan hanya ada satu orang yang wajahnya sangat menyerupai Sara. Wajah orang yang sangat dicintai Stella selain ibunya. Wajah ayahnya yang meninggal sebelum tragedi pengusirannya ke dalam hutan.
“Wajahmu … wajahmu … sangat mirip dengan ayahku,” balas Stella.
Sara tertawa dan bertepuk tangan, Madam Levante masih asyik menikmati pertempuran satu keluarga. Madam Levante tidak perlu mengotori tangannya langsung untuk membunuh Stella dan keturunan Belthazor. Dengan bantuan Sara, Madam Levante bisa mendapatkan beberapa burung dalam jeratannya.
Alex masih menunggu saat yang tepat untuk menyerang Sara. Alex masih pura-pura pingsan agar Sara tidak sadar kalau dirinya kaum Belthazor juga, Alex masih menunggu walau hatinya sakit mendengar teriakan Leonna saat Sara menyiksanya.
“Sabarlah permaisuriku, sebentar lagi aku akan menolongmu,” ujar Alex dalam hati.
Alex kembali mendengar pembicaraan Sara dan Stella.
“Ayahmu? Hahahahaha kau terlalu bodoh Stella. Tidakkah kau pernah membandingkan wajahmu dengan wajah Tuan Mc Carty?” tanya Sara. Stella mencoba mengingat dan dia baru sadar kalau wajah mereka memang tidak mirip.
“Apa maksudmu? Tolong kau jelaskan!” pinta Stella dengan nada tinggi. Stella tidak suka Sara membawa-bawa sosok ayahnya yang sudah lama meninggal. Sedangkan ayahnya saja tidak tahu tentang semua ini.
“Kau bukan putri kandung Tuan Mc Carty. Akulah putri kandungnya! Aku yang seharusnya menyandang nama Mc Carty di belakang namaku. Aku … hanya aku!” ujar Sara dengan nada tinggi dan amarah menggelegar. Lidah Stella langsung kelu, kepalanya langsung berdenyut dan perutnya semakin terasa sakit.
“Hentikan! Hentikan semua ini! Stella … Stella … bertahanlah!” teriak Bradley saat melihat Stella seperti kehilangan arah saat mengetahui siapa Sara. Stella sangat terpukul dan tidak menyangka kalau ternyata ayah yang sangat dia cintai ternyata bukan ayahnya.
“Kau … kau pasti bohong. Kau bohong untuk menyakitiku!” teriak Stella yang masih tidak percaya.
“Aku tidak bohong,” jawab Sara lalu dia berdiri dan memutar-mutar tangannya untuk menciptakan mantra yang bisa memutar kejadian beberapa tahun yang lalu.
Stella melihat sosok ayahnya sedang bersama wanita yang bukan ibunya. Bradley terdiam saat sadar wanita itu adalah ibunya. Bradley merangkak dan akhirnya berhasil mendekati Stella. Stella memegang tangan Bradley dengan bergetar.
“Siapa wanita itu?” tanya Stella.
“Ibuku,” jawab Sara.
“Ibuku terlalu bodoh hingga mau memberikan tubuhnya ke laki-laki yang kau panggil Daddy itu. Mereka tidak sadar perbuatan mereka menghasilkan aku!” teriak Sara lagi. Wajah Stella masih menunjukkan ketidakpercayaannya. Mungkinkah ayahnya melakukan hal seperti itu? Sedangkan selama ini Stella merasa ayah dan ibunya saling mencintai.
Stella juga melihat hal yang tidak pernah dia sangka akan dilihatnya saat ini. Stella melihat ibunya serta Sir Ferguson berpelukan. Stella melihat ibunya menangis pilu di dada Sir Ferguson. Stella juga melihat saat Sara menikam ibunya dengan pisau. Hal yang tidak pernah terpikirkan sedikit pun oleh Stella. Tubuh Stella langsung menegang saat melihat ibunya tidak sadarkan diri dengan kondisi mengenaskan.
“Kau … kau membunuh ibuku?” tanya Stella dengan suara bergetar. Sara mengangguk tanpa perasaan.
“Ya … aku membunuh wanita itu untuk membalas semua penderitaan yang aku alami. Kau tahu? Aku sengaja menyusun rencana kalau Sir Ferguson yang membunuh ibumu dan taraaa rencanaku berhasil.”
“Kau!”
“Dan kau mau tahu siapa ayah kandungmu?” tanya Sara.
“Tidak … hentikan semua kebohongan ini!” teriak Stella dengan tatapan benci. Teriakan tadi membuat bayinya berontak dan menendang perut Stella beberapa kali. Biasanya Stella akan meringis dan menangis menahan rasa sakit tapi tidak kali ini. Stella semakin kuat karena amarah yang memenuhi seluruh hatinya.
“Kau bisa bertanya langsung ke suamimu. Dia pasti tahu siapa ayah kandungmu serta kematian ibumu,” ujar Sara agar hubungan Stella dan Bradley memburuk. Stella melirik ke arah Bradley yang terlihat menyesal telah menutupi rahasia tentang siapa ayah kandungnya.
“Kau tahu kalau ibuku sudah meninggal dank au menutupinya dariku? Dan kau juga tahu siapa ayahku?” tanya Stella.
“Aku … sebaiknya kau tenangkan diri dulu,” pinta Bradley sambil berusaha memeluk Stella. Stella sadar kalau apa yang dikatakan Sara benar. Bradley tahu selama ini dan yang semakin membuat Stella marah adalah Bradley menutupi semua ini darinya.
“Jahat! Kalian semua jahat!” teriak Stella sambil mendorong tubuh Bradley menjauh darinya.
Sara tertawa penuh kemenangan, rencananya berhasil menghancurkan hubungan Bradley dan Sara. Leonna yang melihat kedua orangtuanya bertikai karena hasutan Sara langsung berdiri. Leonna menutup matanya dan dalam sekejap wujud cantiknya berubah menjadi Belthazor. Meski tubuh Leonna belum bisa menerima sosok Belthazor seutuhnya tapi hanya ini yang bisa dilakukan Leonna.
“Hentikan!” teriak Leonna. Sara memutar tubuhnya dan melihat sosok Leonna dalam diri Belthazor.
“Wow … akhirnya kau bisa mengendalikan sisi iblis di tubuhmu, keponakanku.”
“Berhenti menyakiti ibu dan ayahku. Kau … sangat jahat!” Tubuh Leonna mengeluarkan sinar kemerahan yang sangat panas. Dalam gerakan cepat Leonna memutari tubuh Sara agar Sara merasakan hawa panas dari tubuhnya.
Sara tertawa seakan apa yang dilakukan Leonna tidak akan bisa melawannya. Sara menutup matanya dan mulai merapalkan mantra. “Lagunapenisto Jahandara!” teriaknya. Tubuh Leonna langsung terpental hingga jatuh di dekat tubuh Alex.
Penantian Alex akhirnya berbuah manis, ini yang ditunggunya. Menunggu Leonna berada di dekatnya dan setelah itu barulah dia bisa menggabungkan kekuatan Belthazor yang ada di dirinya dengan kekuatan Leonna yang sudah ditakdirkan menjadi permaisurinya.
Saat Leonna hendak berdiri, Alex langsung menggenggam tangan Leonna. Leonna tersentak saat merasakan kekuatan seperti ayahnya dulu dari tubuh Alex.
“Kau siap?” tanya Alex pelan. Leonna terdiam dan masih tidak paham maksud ucapan Alex.
Sara mendekati Leonna dan ingin menyingkirkan Leonna dari jalannya. Bagi Sara kehancuran seorang ibu adalah saat melihat anaknya mati di depan wajahnya. Itu yang ingin Sara lakukan, membunuh Leonna di depan Stella dan setelah itu Stella akan memilih mati daripada hidup.
“Hentikan!” Bradley menyergap kaki Sara agar berhenti mendekati Leonna. Bradley tidak peduli nyawanya terancam dengan melakukan hal yang membuat Sara marah. Bagi Bradley ini satu-satunya cara membalas kesalahannya.
“Lepaskan atau aku akan membunuhmu!” ujar Sara. Bradley semakin memegang kaki Sara dengan sisa tenaga yang dia miliki. Mata Bradley masih menatap Stella yang membuang muka karena amarah.
“Maaf Stella … aku minta maaf,” ujar Bradley dalam hati. Sara yang terpancing emosi langsung menghantam kepala Bradley dengan tangannya.
“STELLAAA!” Bradley berteriak hingga mulutnya menyemburkan darah segar. Stella yang mendengar teriakan Bradley langsung menoleh dan melihat pemandangan yang sama dalam kilatan masa depan yang dilihatnya. Bradley bersimbah darah dan terkapar di tanah dalam kondisi menyedihkan. Darah tidak berhenti keluar dari mulutnya, Stella bergegas mendekati Bradley dengan sisa tenaganya.
“Brad … ya Tuhan!”
“La … lari … lari …” ujar Bradley terbata-bata. Stella menggelengkan kepalanya dan memeluk Bradley dalam pelukannya. Air mata serta rasa takut kehilangan membuat semua amarah Stella menghilang.
Kondisi Sara yang terlalu fokus menyingkirkan Stella membuat Alex dan Leonna menyatu dalam kekuatan Belthazor. Madam Levante yang asyik menikmati pertumpahan darah langsung kaget saat melihat dua sosok Belthazor melayang di belakang Sara. Madam Levante ingin memberi peringatan Sara tapi diam-diam Michael yang bersembunyi di belakangnya langsung menghantamkan kayu ke kepala Madam Levante.
“Ampuni aku Tuhan,” ujar Michael dengan cemas saat melihat Madam Levante tidak sadarkan diri. Michael mengambil tali dan mengikat Madam Levante.
“Ucapkan selamat tinggal,” ujar Sara yang ingin melakukan hal sama di diri Stella tanpa sadar Leonna dan Alex akhirnya menyatu dalam takdir sebagai pemimpin serta permaisuri kaum Belthazor.