Bab 5. Kuntilanak Jaman Dulu
----------------------------------------------
Flo menganga lebar mendengar gerutuan Jonny mengenai jadwal maskeran dan luluran. Sebegitu rutinnya kah ia melakukan itu semua? Flo bersumpah, bahkan hingga saat ini ia belum pernah mencium aroma cream luluran dan masker. Ia hanya pernah melihatnya di iklan televisi dan taster di pusat pemberlanjaan.
“Aduh…, kulitku semakin kusam saja terkena sinar matahari, harusnya aku membawa lotion anti UV dan mengoleskan setiap satu setengah jam sekali.” Jonny beralih meraba wajahnya. “Wajahku juga terasa kasar sekali, seharusnya setengah jam yang lalu waktunya aku mencuci muka dengan pembersih wajah dan mengolesi dengan vitamin”
Tiba-tiba Flo terbahak setelah kesadarannya terkumpul. “Kau memakai itu semua secara rutin?” Jonny berguman tidak ikhlas. “Kau seperti perempuan saja,” cibirnya.
“Ayo cepat antarakan aku pulang. Aku tidak mau kulitku semakin kusam. Sekarang sudah sore, jamnya para kantoran pulang. Pasti banyak debu yang menepel di kulit.” Ceramah Jonny tanpa henti.
“Kau ini! Besok pakai mantel saja dari alas kaki sampai kepala. Pakai kacamata agar badanmu tidak terkena debu atau sinar matahari” sindir Flo sarkasme.
“Sinar matahari yang tidak berlebihan sangat berguna untuk keremajaan kulit” elak Jonny.
Flo memutar bola mata tidak mengerti entah filosofi dari mana Jonny mendapatkannya. Yang Flo pernah dengar, sinar matahari yang berlebihan mampu membakar kulit. Namun sepertinya hal tersebut tidak berguna baginya.B uktinya hingga sekarang kulit Flo masih kencang meskipun terlihat warna kecoklatan. Flo tidak memperdulikannya.
Setelah selesai berargumen mengenai kekencangan kulit dan membahas beberapa cream. Akhirnya Flo mengantar Jonny pulang ke rumahnya. Flo celigak-celiguk mengedarkan pandangan pada rumah Jonny. Rumah itu terlihat masih sepi, berarti keluarga Jonny belum kembali. Flo pun turun dari motornya mengikuti Jonny dari belakang.
“Kenapa kau tidak pulang?” tanya Jonny mulai kesal
Flo menggedikkan bahu, “Malas!”
“Kau tidak punya rumah?” tanya Jonny sarkasme
“Tidak.” Jawab Flo singkat dan mendahului Jonny masuk.
“Aku tidak menerima tamu, silahkan pergi dari rumahku” usir Jonny sadis.
Flo berdecak, “Aku lapar. Cepat masakkan makanan untukku.”
“Apa-apaan kau ini? Aku sedang sibuk” jawab Jonny berlalu ke kamarnya dan mengunci pintunya. Berharap Flo langsung pulang dan meninggalkannya dalam ketenangan. Selama Flo berada di sekitarnya, ia tidak akan merasa tenang. Flo selalu semena-mena terhadapnya.
Satu jam kemudian, Jonny keluar dari kamarnya dan terkejut saat menemukan Flo sedang tertidur di kursi rotan milik keluarganya. Sebenarnya Jonny sedikit kasihan melihatnya. Flo hanya berbantalkan tangan, Jonny yakin badan Flo akan kesakitan setelah bangun nanti. Akh…, buat apa Jonny peduli terhadapnya? Flo saja selalu semena-mena terhadapnya.
“Ada-ada saja” gumannya berlalu ke dapur.
Jonny bosan di kamarnya dan memutuskan duduk di kursi rotan yang lain sambil mendengarkan lagu dari headset. Bosan hanya menggeleng-gelengkan kepala mengikuti irama, ia pun meraih remote dan mengidupkan televisi. Beberapa kali tawanya terdengar sehingga Flo menyipitkan mata.
Flo duduk dan mengucek-ucek matanya sambil menguap. Tiba-tiba saja ia melihat penampakan di depannya. “HAAHHHH???” Jeritnya terkejut. Jonny menyipit kesal telah mengganggu acara menontonnya. “Apa yang kau pakai di wajah dan badanmu? Kenapa putih begitu? Kau mirip kuntilanak jaman dulu” gerutu Flo panjang lebar. “Suzanna”
“Diam lah, aku sedang maskeran. Kau harus tenang agar maskerku berefek baik di wajah dan tubuhku” tegurnya. Jonny memakai kaos dalam berwarna putih dan celana boxer pendek. Seperti perkataannya sebelumnya, Jonny sedang melakukan perawatan pada tubuhnya. Badan dan wajahnya di beri olesan cream berwarna putih untuk menjaga kekencangan kulitnya. Flo tentu saja terkejut bukan main melihatnya.
Flo berdecak, “Ada-ada saja. ”Ucapnya malas.“ Aku lapar, kau sudah menyiapkan makananku?” tambahnya menepuk-nepuk pelan perutnya yang rata.
“Silahkan pulang dari rumahku. Kuharap kau masih ingat pintu keluar dari rumahku” jawab Jonny kejam dan melipat tangan di dada.
Flo berdecak dan pindah duduk di samping Jonny. Ia merangkul bahu Jonny dan menepuk-nepuk bahunya. “Kau siapkan makanan untukku atau kupatahkan lehermu?” ancamnya sadis. “Hem??” Flo menaikkan alis kanannya seraya mengencangkan rangkulannya di leher Jonny.
Jonny menelan ludah bersusah payah, “I-iya…” jawabnya ketakutan.
“Bagus! Sekarang siapkan” titah Flo melepaskan Jonny.
Jonny merilekskan badannya dan mengatur nafas senormal mungkin. Kemudian ia menatap Flo dari ujung matanya. Gadis itu mengangkat kedua kakinya di meja dan menatapnya tajam. Sungguh kejam sekali.
“Silahkan!” Jonny mengangguk patuh dan pergi ke kamarnya untuk membersihkan maskernya. Setelah itu ia pergi ke dapur untuk menyiapkan makanan untuk Flo, si preman pasar.
Sepuluh menit kemudian Jonny keluar dari dapur dengan sebuah mangkok di tangannya. Jonny menyajikan mie goreng di hadapan Flo. Gadis itu seperti tidak pernah makan, ia pun menyambar dan menghabiskannya dalam hitungan menit.
Setelah selesai makan, Flo menyambar air putih dan meneguknya tanpa sisa. Jonny meringis jijik melihat gaya makan Flo seperti itu.
“Akh…” Flo menyenderkan badannya di kursi rotan sambil menepuk-nepuk perutnya yang sudah kenyang kemudian bersendawa. Jonny semakin meringis dan jiik, bahkan ia mual mendengar Flo bersendawa.
“Ternyata kau pintar memasak.Mie gorengnya enak” puji Flo menatap Jonny.
Jonny menahan senyum bangga. Ia memang selalu bisa diandalkan dalam memasak. Terbukti jika kedua sahabatnya selalu berebutan apa yang dimasaknya. Bahkan dengan kurang ajarnya, Azhura menyuruhnya memasak untuk di berikan kepada Jordan –suaminya-.“Besok kau harus menyiapkannya lagi.” Kali ini Jonny tidak senang. Memangnya Flo siapa? Berani sekali dia menyuruh-nyuruh Jonny.
“I-iya…” Meskipun kesal. Tetapi Jonny mengangguk dan mengiyakan perintah Flo. Rangkulan Flo tadi masih terasa sampai sekarang. Kekuatan gadis itu tidak bisa di anggap remeh. Jonny memegang bahu kanannya dan menggerakkannya secara perlahan untuk mengurangi rasa sakitnya.
***
Jonny berada di kontrakan Alexia sejak tadi pagi. Seperti sebelumnya, ia bercerita panjang lebar mengatakan keluh kesahnya terhadap Alexia mengenai Flo yang semena-mena terhadapnya. Gadis itu tampak tidak peduli, ia sibuk dengan handphonenya dan tersenyum beberapa kali sambil menari-narikan jarinya di layar persegi tersebut.
“Alexia, setan! Bisakah kau dengarkan aku bercerita?” protes Jonny kesal.
Alexia mengangkat kepala, “Aku mendengar. Lanjutkan saja” suruhnya tanpa dosa.
Jonny menahan geramannya dan mengambil boneka bear kemudian memukulkannya di kepala Alexia. “Kau teman yang tidak tau diri. Aku bercerita tapi kau tidak mendengarkan.Kau sama saja dengan preman pasar itu.”Ucapnya marah.
“Hentikan, Jonny bodoh” Alexia meringis dan menjauhkan kepalanya dari hantaman Jonny. “Kau ini lebay sekali. Dia hanya ingin berteman denganmu. Kenapa kau menolaknya?” tambahnya kesal.
“Berteman bagaimana? Dia hanya menyiksaku, bukan ingin berteman” elak Jonny bersikukuh tidak terima.
“Terserah kau saja. Aku tidak mau berteman denganmu lagi” jawab Alexia geram.
“Siapa juga yang mau berteman denganmu? Aku tidak sudi” jawab Jonny tidak mau kalah.
“Oke! Anggap saja kita tidak pernah kenal”
“Oke, oke!” Jonny mengangkat tas ranselnya dan membuang muka, “Aku pulang!” ucapnya kesal.
“Silahkan! Dan jangan pernah datang lagi” suruh Alexia.
Jonny tidak membalas lagi dan bersungut-sungut tidak jelas. Namun ia diam dan melebarkan mata melihat bayangan di luar. Astaga… Jonny menelan ludah bersusah payah. Jonny pun kembali lagi ke kamar Alexia.
“Apa lagi? Kenapa kau datang lagi?” tanya Alexia masih kesal.
“Kau diam saja. Preman itu ada di depan. Huh, kenapa dia tahu aku di sini?” gerutu Jonny kesal.
Alexia terbahak. “Rasakan!” umpatnya senang tanpa memperdulikan wajah panik Jonny. Laki-laki itu mengerutkan dahi dan nafasnya naik turun. “Sudah, sana! Kasian dia menunggumu” tambah Alexia
“Ini semua gara-gara kau”
“Semerdekamulah.” Jawab Alexia acuh. “Aku akan membukakan pintu untuknya” Alexia beranjak dari pinggiran tempat tidurnya, namun Jonny menahan tangannya dengan menunjukkan wajah iba.
“Tolong jangan biarkan dia mengetahui keberadaanku disini”
“Bisa kupertimbangkan dengan seberapa banyak bayaran yang akan kau berikan padaku” jawab Alexia menaikkan kedua alisnya secara bergantian dan tersenyum puas.
“Besok makan siang di Kafe Berdua” tawar Jonny harap. Alexia begitu menyukai kafe tersebut. Azhura dan Jonny bahkan langsung bisa menebak jika Alexia yang memilih tempat mereka makan.
Alexia senyum sumringah, “Baiklah, akan kupikirkan”
“Jangan bercanda, Xia.Pokoknya kau tidak boleh memberitahukan keberadaanku,” kata Jonny geram.
Alexia mengangkat bahu dan melongos pergi begitu saja. Sementara Jonny mengedarkan pandangannya untuk mencari posisi bersebunyi yang paling aman. Ia pun meletakkan ranselnya di lemari dan masuk ke kolong tempat tidur. Jonny menghela nafas pelan dan berharap semoga ia tidak ketahuan.
Jonny menutup mulutnya saat mendengar sura derap langkah mendekatinya. Ia berharap semoga saja itu Alexia. Suara yang di tunggu-tunggu Jonny tidak kunjung terdengar padahal sudah sepuluh menit ia di kolong dan Jonny yakin jika sosok tadi sedang duduk di tempat tidur.
“Ayo pulang, Ony!”
Jonny tercegang. Itu suara preman pasar. Sialan! Alexia harus menerima amarah Jonny. Gadis itu memang teman yang tidak bisa di andalkan.Sia-sia saja Jonny menawarkan makan di kafe favorit Alexia.
“Cepat keluar sebelum aku menyeretmu pulang” Jonny bergidik ngeri. Ia pun beringsut keluar dari kolong tempat tidur Alexa. Di lihatnya Flo sedang melipat tangan di dada dengan wajah begis.
“Kenapa kau di sini?” tanya Jonny memberanikan diri meskipun jantungnya berpacu lebih cepat dari sebelumnya.
“Ayo pulang.”
Jonny melongo mendengar ucapan Flo yang seenak jidaknya mengajak pulang. “Aku masih memiliki urusan lain. Pulang saja sendiri!” tolaknya enggan.
Flo berdecak lalu menatap tajam pada Jonny. Jonny menggaruk tengkuk tidak nyaman dan mulai memundurkan langkahnya, “Iya. Ayo pulang” jawabnya akhirnya mengalah.Flo menyeringai dan menarik kerah baju Jonny, “Ranselku” ucapnya menahan tangan Flo.
Flo melepaskan kerah baju Jonny dan mengabil ranselnya dari dalam lemari Alexia. “Alexia mana?” tanyanya
“Pergi!”
“Kemana?”
“Mana kutau. Ayo cepat!”
“Jangan pegang-pegang!” Jonny memukul punggung tangan Flo dari kerah bajunya. Gadis itu mencebik dan melepaskan. Mereka pun keluar dari kamar Alexia, meskipun Jonny sedikit memberi jarak di antara mereka untuk menghidar dari kekejaman Flo.
***
TBC
Bab 6. Kembali Berkumpul