BONUS 1: Maya POV- Semua Berawal dari sini
Aku tersenyum melihat pemandangan yang kini tersajikan di depan mataku. Mike dan Karina yang terlihat bahagia karena kehadiran sosok bayi laki-laki nan mungil, buah cinta mereka. Tidak seperti pengharapan Karina yang di mana dia mengharapkan anak pertamanya bermata seperti Mike anak pertama mereka memiliki warna mata cokelat tua seperti mata Karina. Tapi, setidaknya selain mata semuanya bisa dikatakan seperti Mike waktu kecil, kata Ibu sih.
Gavril Mikkar Rahardian.
Sangat terlihat bahwa pasangan itu terlalu memaksakan nama mereka masuk untuk nama tengah anak mereka. But well, bagus kok. Hanya nama Gavril yang dapat diartikan secara kasar artinya Tuhan adalah kekuatanku.
Para Oma tampak heboh sibuk berfoto-foto dengan pasangan bahagia itu. Mesti tidak dapat dikatakan muda lagi secara fisik tetapi secara kejiwaan para Oma bisa dikatakan Muda. Tidak perlu lagi aku katakan lebih lanjut karena semua telah tahu alasannya.
Setelah selesai berfoto aku memutuskan untuk pamit terlebih dahulu dengan Ella yang masih tidak ingin pulang akibat bayi mungil yang langsung membuat Ella menyayanginya.
Aku melangkah mantap memasuki sebuah bar yang tidak asing lagi bagi kalian semua. “Cristian, aku pesan seperti biasa!”
Cristian menghentikan kegiatannya meracik minuman.“Ck! Kalau hanya untuk meminum beberapa gelas Coca-Cola bukan di sini tempatnya!”
Aku hanya bisa nyengir kuda mendengarkan perkataan Cristian teman kuliahku dulu. “Kan kesannya biar ‘wow’ gitu.”
“Lalu bagaimana kabar saudara kembarmu itu dan juga wanita yang saat itu kamu paksa aku untuk bekerja sama memasukkan obat perangsang di dalam minumannya.”
Mulutku mengerucut, tidak terima dengan pertanyaan sadis dari pria berambut jambrik ini. terkesan seakan aku benar-benar jahat. Ah, sekarang kalian tahu bukan saat ini aku berada di bar saat Rin dan Mike di pertemukan.
Atau lebih tepatnya sengaja aku pertemukan.
===oOo===
“Kelihatannya dia sedang sedih ....”
Aku memperhatikan permainan piano Karina dari bangku pojok tempat yang tidak akan terperhatikan oleh Karina. Kembaranku yang bernama Mike ini hanya bisa memperhatikan Karina salama lima tahun belakangan dari kejauhan. Berbekal dari informasi teman-temanku yang merupakan anak satu panti asuhan dengan Karina dan juga dari foto yang aku dapatkan dari Ibu Lili jadilah aku menemukan Rose yang selama ini selalu dicari-cari oleh Mike.
Kami saat itu sampai menyusul Karina ke Singapura untuk melihat secara langsung seperti apa Rose dewasa. Namun, kami dikejutkan karena Karina telah memiliki kekasih saat itu Mike langsung undur diri. Dia hanya bisa memperhatikan Karina yang jalan bersama-sama dengan Ryan. Sungguh, aku sedih sangat sedih. Terlebih saat mendengar secara langsung dari Shella saat kami sedang menghadiri Reuni pertemuan anak-anak panti yang dulu diselamatkan ayahku. Tidak bisa berbuat apa-apa aku hanya bisa memperhatikan Mike yang tidak melakukan pergerakan, ia tidak ingin merusak hubungan Rin dengan kekasihnya yang baru aku ketahui bernama Ryan.
Tahun berganti tahun, bulan berganti bulan dan selalu seperti itu Mike yang memperhatikan dari jauh. Melihat Mike seperti ini aku seperti melihat sosokku dahulu, aku tidak ingin Mike atau Karina menyesal. Terlebih aku mengetahui bahwa Karina bersedih karena melihat Ryan berjalan dengan gadis lain dan itu bukan sekali dua kali.
Aku tidak ingin Mike menyesal, aku tidak ingin Karina mengalami nasib yang sama seperti aku yang menyia-nyiakan sosok orang yang tulus mencintainya hanya karena menanti sosok yang tidak melihat kita.
Aku tidak ingin Mike berakhir sepertiku yang menyesal karena tidak jujur terhadap perasaan sendiri, pada akhirnya hanya bisa lari dari masalah. Aku tidak ingin seperti itu.
Maka aku putuskan melakukan hal gila yang bahkan aku tidak mengetahui kedepannya akan seperti apa. Saat Karina hendak berjalan memasuki mobilnya aku dengan sengaja menabrak tubuhnya hanya untuk menjatuhkan sebuah kartu bar yang di mana di sana juga terdapat alamat dari kartu itu.
Rencanaku nyaris berhasil hanya saja aku gagal, dan berakhir dengan Karin pulang dalam keadaan mabuk total dan Mike juga seperti itu.
Aku mulai berpikir keras bagaimana lagi caranya. Hingga terpikirla beberapa bulan setelah itu saat Cristian mengabariku bahwa Karina datang lagi ke Bar itu tiba-tiba sebuah ide masuk dalam pikiran jahatku.
Obat perangsang.
Tanganku gemetar memegang obat itu dan menyerahkan satu butirnya kepada Cristian untuk dimasukkan kedalam minuman Karina.
“Kamu yakin May?” tanya Cristian untuk kesekian kalinya kepadaku.
Aku menatap obat itu cukup lama, hati kecilku menolak untuk melakukan hal licik ini. Tapi, tiba-tiba bayangan kebahagiaan Mike dan Karina yang saat itu Della yang memiliki indra keenam mengatakan kepadaku bahwa dia sema sekali tidak melihat bayangan masa depan Karina dengan Ryan. Maka dari itu pula Della tidak melihat bayangan dirinya dan juga Karina pada masa depan Ryan itulah mengapa Della yang merupakan teman dekat karena kami satu fakultas dan sering kebagian lokal yang sama.
Karina tidak mengetahui kedekatan kami karena Karina selama ini di Singapura dan baru pulang sekitar dua tahun, tentu aku sengaja selama ini menghindari Karina.
Demi kebahagiaan Mike saudara kembarku, aku rela menjadi tokoh jahat dalam pandangan Karina. “Ya, aku yakin Cris,” ucapku mantap.
Dan mulailah rencanaku di saat Mike telah mabuk karena putus asa atas cintanya, ia ingin bertindak namun tidak ingin menyakiti Karina. Saat Mike dalam keadaan mabuk aku memasukkan obat perangsang kedalam minumannya.
Selang beberapa saat Mike mulai kepanasan dan aku menemaninya memasuki ruangan yang telah aku pesan. Aku menerima pesan dari Cristian bahwa dia telah memasukkan obat tersebut kedalam minuman Karina dan telah menunjukkan arah toilet yang sebelumnya telah kami copot petunjuk lokasinya.
Beruntung, Karina memasuki arah yang salah, dan masuk ke dalam ruangan tempat Mike tengah berada. Mataku menatap nanar akan tetapi saat melihat Karina memilih jalan yang salah saat itu keputusanku telah bulat.
Aku akan mempersatukan Mike dan Karina, aku akan memaksa Mike untuk berjuang akan perasaannya kepada Karina, aku harus menyakinkan Karina tentang perasaanya.
Itu semua akan berjalan lancar jika aku menjadi orang egois dan jahat di mata Mike dan Karina.
“Maafkan aku ... Karina, Mike ....”
Inilah awal dari segalanya, segalanya berawal dari sini ....
===oOo===
“May ... May ....”
“Eh, Iya?” tanyaku kepada Cristian.
“Jangan melamun woy! Gimana nasib pernikahan saudara kembarmu dengan wanita itu? Kamu tahu aku jadi nggak enak hati pas lihat keadaanya pagi itu dia kacau sangat kacau.”
Aku menggoyang-goyangkan gelas yang berisi Coca-Cola dan meminumnya dalam sekali teguk.
“Jangan banyak gaya deh, jawab pertanyaanku.” Cristian memutar bola mata, sedangkan aku hanya bisa terkekeh jahil.
“Dia sudah punya anak, mereka kini bahagia dan semoga pernikahan mereka bahagia selalu ....”
“Amin ... setidaknya aku tidak merasa sangat berdosa sekarang,” ujar Cristian dan aku menyetujui perkataannya. “Lalu kapan kamu akan seperti saudara kembarmu? Atau seperti kami semua bahkan Della telah menikah beberapa bulan yang lalu selain Della yang memang baru menikah rata-rata kami talah memiliki anak. Nah, kamu?”
“Aku juga punya anak!” bantahku keras kepala.
Cristian menghembuskan napas pasrah dengan pola pikirku. “Tidakkah kamu tidak ingin merasakan seperti kami, May? Memiliki pasangan yang akan menemani, pasangan yang akan kamu dampingi segalanya dan tidakkah kamu ingin merasakan perasaan seperti wanita-wanita lainnya? Melayani suami, hidup baru, hamil, memiliki tempat untuk pulang dan sebagainya? Ingat May, dia ... dia telah menikah dan memiliki kehidupan baru. Maka dari itu keluarlah dari masa lalumu!”
Aku mengalihkan tatapanku dari Cristian, menatap gelas yang isinya telah habis. Ya, jika aku boleh jujur saat menghadiri pernikahan teman-temanku, saat melihat mereka semua berjalan dengan suaminya, saat Mike dan Karina tadi begitu bahagia saat anaknya telah lahir, saat melihat ekspresi Mike yang senang menggendong anak mereka semua itu membuatku iri.
Sebagai seorang wanita biasa juga ingin ada sosok pria dan anak-anak yang mewarnai hidupku. Sungguh, sungguh aku iri.
Aku mencintainya, selalu hanya dia ... dia yang pernah menawarkan hatinya kepadaku, yang pernah menemaniku dalam suka maupun duka, yang pernah sebagai tempat pelampiasanku dan dia yang terluka karenaku. Segalanya aku masih ingat, raut kesedihan dan semuanya aku ingat.
Memang penyesalan selalu datang terlambat.
“May, masih ada kesempatan untukmu ... aku mendengar dari dia bahwa perniahanannya tidak berjalan lancar. Dia telah cerai dari istrinya May dan sekarang dia ada di Indonesia selesaikanlah masalah kalian yang dulu tidak selesai ....”
Tubuhku menegang.
Benarkah begitu? Tapi apa gunanya jika dia kini telah membenciku. Aku bangkit dari kursiku mengeluarkan beberapa lembar uang yang selalu ditolak oleh temanku itu, tanpa berkata-kata lagi aku berlalu begitu saja.
Aku melangkah dengan cepat-cepat, aku ingin segera masuk ke dalam mobilku, aku tidak sanggup lagi menahan air mataku yang akan jatuh. Hingga karena aku tidak begitu memperhatikan jalan tidak sengaja menabrak seseorang.
“Maaf, Tuan,” ujarku seraya mendongakkan kepala.
“Tidak apa-apa, Nona ....”
Tubuhku menegang, air mata yang sedari tadi aku tahan jatuh begitu saja membasahi pipiku.
“Maya ....” gumannya pelan namun dapat terdengar olehku.
Dia, dia kini berada tepat di hadapanku. Bolehkan aku berharap bahwa ini adalah awal untukku, Tuhan?
-Maya Side Story END-
BONUS 2: Mike POV - My Rose
Aku memperhatikan raut wajahnya yang masih sama cantik meskipun telah dimakan usia. Dia cantik dan tepat cantik di mataku. Dia istriku Karin atau lebih tepatnya Rose, My Rose.
“Loh, Mike kapan bangun?”
“Dari tadi ... ayo kita turun lalu makan. Sebelum itu ini ....” Aku memberikannya 34 tangkai bunga mawar putih kepadanya, jumlah tangkai dari bunga mawar itu melambangkan sudah berapa lama atau lebih tepatnya tahun dia menemaniku dalam suka mau pun duka sebagai seorang istri. “Selamat hari pernikahan kita yang ke 34 tahun, My Rose ....”
“Terima kasih ....”
Dia terlihat malu, meski sering protes mengenai tingkahku yang kadang tidak sadar akan umur dan bahkan anak kami telah menikah dan kami telah memiliki cucu, tetapi Karina juga tidak berubah dia masih sama seperti dulu merona saat aku melakukan hal-hal seperti ini kepadanya. Aku ingat sekali saat di mana Karina mengatakan bahwa aku tidak mencintainya, aku tidak romantis. Sebenarnya bukan seperti itu. Aku mencintainya tentu saja, sekarang juga seperti itu dan selamanya akan seperti itu. Beginilah yang menurutku pengungkapan perasaan cinta, cinta diungkapkan bukan dari kata-kata akan tetapi melalui tindakan.
Kini usiaku telah memasuki umur 63 tahun dan Karina 61 tahun. Kami memiliki dua orang anak. Anak kami yang pertama kini telah tumbuh menjadi pria dewasa bertanggung jawab atas restoranku Gavril Mikkar Rahardian, ia kini berusia 32 tahun telah menikah tentunya juga memiliki anak kembar.
Ghezelina Cevoni Lena Mikkar Rahardian adalah putri kami yang berjarak 3 tahun dari kakak laki-lakinya. Jangan ditanya mengapa anak kedua kami memiliki nama yang panjangnya sangat manusiawi, dan semua ini karena Karina yang sama sekali tidak ingin kalah dengan Maya. Entah ini adalah nasib putri kami atau bagaimana kehamilan anak kedua kami hanya berjarak beberapa minggu dari kehamilan anak pertama Maya.
Tentu bisa dibayangkan seperti apa jadinya saat mereka ngidam dan aku bagaikan kelinci percobaan disuruh sana sini oleh kedua Ratu itu. Padahal Maya memiliki suami tetapi kenapa aku yang merupakan saudara kembarnya sendiri yang dia siksa alhasil mereka melahirkan di hari yang sama dengan Maya yang lebih dahulu melahirkan, melihat Maya yang memberikan nama anaknya yang aku tidak ingin sebutkan di sini karena akan menghabiskan tenanga mengetikkan nama anak pertama Maya yang panjangnya setara dengan putri kami. Ah, jika mengenang masa lalu entahlah. Aku bahkan sangat ingat betapa prihatinnya aku membayangkan anakku saat ujian dikarenakan namanya itu. Oh iya, ngomong-ngomong putri kami telah memberikan cucu kepada kami dua tahun yang lalu.
Jangan ditanya bagaimana perasaan kami saat melepas anak kami ke jenjang yang lebih serius, ada rasa bangga juga ada rasa sedih.
“Mike ... ayo kita turun siap-siap sebentar lagi anak-anak mau datang dengan keluarganya merayakan hari pernikahan kita ....”
Aku menurut saja. Setidaknya anak-anak kami tumbuh menjadi anak yang berbakti mereka masih ingat dengan kedua orang tuanya dan pasti akan menyempatkan pulang di hari-hari seperti ini.
“Cium dulu ....”
Karina menggeleng heran dengan sikapku manjaku kepadanya. Namun, dia tepat menuruti permintaannya saat wajah Karina semakin dekat denganku dan ketika aku baru saja akan menutup mata ....
TING TONG TING TING TING TONG
“Itu pasti Gavril dan Ghezi. Ayo kita turun Mike kasihan mereka datang dengan anak juga pasangannya.”
Mau tidak mau aku harus mau turun. Ah, mengapa anak-anakku seperti tidak bisa membawa waktu seharusnya mereka pengertian dengan tiba siang.
Karina tersenyum lembut. “Terima kasih juga karena masih setia menemaniku hingga saat ini dan seterusnya, suamiku.”
TING TONG TING TONG TING TONG ....
“Astaga, anakmu mewarisi sifat tidak sabaranmu, Mike.”
“Ingat, itu anakmu juga ... anak kita.”
-Mike side story END-
Ahhhhkkk akhirnya tamat jugaa yaaa ... jujur aku senang sekaligus sedih. Senangnya karena aku dapat menamatkan cerita kedua aku ini, sedihnya yaitu akan berpisah dengan pembaca NN yang setia menunggu updatean I'm Rose. Memang aku nggak kenal dengan seluruh pembaca tetapi dengan kalian hanya membaca cerita ini saja aku sudah sangat senang.
Mohon maaf atas segala kesalahan typo, EYD/EBI dan diksi yang masih tidak tepat tapi, aku telah berusaha sebaiknya untuk cerita ini. Oh, iya maaf juga aku sering PHP setidaknya aku nggak PHP untuk kelangsungan cerita yaa ini udah 3x lipat lebih panjang :))
Sebagai kenang-kenangan terakhir kisah Mike-Rin, aku ingin jika berkenan pembaca memberikan review mengenai cerita ini bisa dilihat di aplikasi kalian tepat halaman pertama cerita I'm Rose yang di sana terdapat sinopsis cerita dan di bawahnya ada bertuliskan "post review" beri penilaiannya yaa
Akhir kata sebagai penutup cerita ini aku mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah secara langsung maupun tidak langsung telah membantu kelanjutan cerita ini.
Special thanks:
Novel Nusantara
My editor Kak Eliz
My lovely readers
My family
Beberapa penulis NN
With love,
Narayaa