Bab 3 Apakah aku ini Iblis ?
Hari semakin sore Nora tenggelam dengan ketakutannya, walaupun memiliki wajah yang dingin dan cool tetap saja ada beberapa hal yang tidak di sukai. Terkadang di tempat sepi, kumuh, kotor, sendirian, dan tidak ada orang yang di sampingnya merasakannya langsung permohonan doa yang selama ini dinginkan terkabulkan, setiap hari ingin merasakan kesendirian yang nyata. Begitu terasa menyakitkan pandangan matanya mulai kosong otaknya berhenti berfikir, tidak dapat menerima kenyataan yang begitu sesak, Nora lupa dengan dirinya sendiri. Siapa aku ? . Dimana aku ? . Sekarang apa yang sedang kulakukan. Kegelapan dan Kecemohan mengiang di dalam imajinasinya sosok dirinya yang asli selama bersembunyi di dalam hati yang sudah membatu, bergantian tempat.”Kamu sudah berakhir, sekarang giliranku.” Nora pingsan dengan keadaan berdiri kokoh dengan kepala yang masih menunduk. Tangan kanannya memegang helaian kain penutup mata. Suara menderu seisi rumah tua yang kosong tersebut, mulai terdengar lagi. “Siapa kamu ? Darimana asalmu ? Apakah benar kamu orangnya ?” melontarkan pertanyaan seperti menanyai makhluk lain. Yang di pantau dari kamera inframerah di pojok kiri. Yang meilhatnya dari belakang. Tak lama kemudian Nora menjawabnya suara aneh dari seraknya yang sudah lama tidak berbicara yang sangat kesakitan di tenggorokannya yang sangat serak mulai terucap, beberapa mencoba mengeluarkan suaranya.” I’m Here, Who will meet you. You are the One.” Yang di maksudkan dari perkataan berkecamukan dengan komunikasi makhluk halus. Yang berarti (aku berada di sampingmu, kamu adalah iblis.) Nora tak berbicara dengan suara yang bergemuruh. Semakin di dengar lagi hembusan angin yang menutup rapat di seluruh bangunan mulai terdengar. Tak menunggu waktu beberapa waktu yang Nora terjatuh tak bisa menahan kesadarannya yang mulai di ambil alih lagi diriku yang asli. Terkadang orang penyendiri selalu merasa kesepian, berbicara sendiri, entah kepada yang didepan di dalam, atau yang tidak terlihat. Membuat ku menjadi pusat perhatian, yang selama ini selalu di ikuti, diawasi, dan dijaga. Dengan sebaik mungkin. Untuk diriku tidak jadi rusak. Dibalik layar yang melihatnya tertarik dengan diriku menangkapnya selama aku terjatuh pingsan, rumah tua tersebut memliki rahasia di balik dinding yang bisa dibuka dari atas, dan keluar dari pintu. Tubuhku di bawa seperti mayat terlalu berat untuk di angkat dua orang, hanya memegang lenganku dan menyeretnya di bawah naik tangga. Yang memutar terlihat sangat jauh untuk menuju rumah di samping kebun. Rumah mewah yang di tinggal digunakan sebagai organisasi fakultas tertentu yang bisa di akses orang-orang tertentu.
“Kenapa kamu mengambil, Smartphonenya ?” El mulai penasaran yang tadi di lakukan dewi.
“Tidak ada yang penting, ini hanya kebiasaanku.”
“Seberapa dekat hubunganmu dengannya..?” El semakin penasaran yang bertemu dengan Nora hanya beberapa pertemuan saja.
“Tidak ada pilihan. Mungkin hubunganku dengannya cuma segini.” Telunjuk kiri dan telunjuk tangan kanan di dekatkan.
“Sungguh…?” Terkejut yang dewi ekspresikan apakah dia sudah berhubungan dengannya ?
“Tidak terlalu dekat, hanya saja aku….” Menghentikan ucapannya dan tidak ingin mengingatnya kembali.
“Kenapa berhenti ? Aku jadi penasaran.” Sifat manja El kambuh lagi setiap kali, ada hal yang menarik dia tidak berhenti sampai tuntas.
“Berisik, aku tidak ingin menjawabnya. Ayo pergi !” Memalingkan muka malunya dan meninggalkan El.
“Tungguuu… jangan tinggalkan aku.” Menyusul dan mengejar dewi mengikutinya saja entah akan pergi kemana.
Pemandangan Matahari sore terlihat indah tapi di desa yang sudah tak di tinggal lagi terasa horror dua perempuan yang tumbuh kedewasa, menjahui desa dan masuk ke dalam hutan. Terlalu sepi, terlalu nyaman, terlalu mencengkamkan. Konon tempat tersebut, banyak orang yang berduaan tak akan merasakan lagi dengan namanya cinta.
Perkumpulan orang yang memakai jubah gelap menutup semua badannya, beranjak ke ruang tengah yang sangat luas setiap orang memegang lilin. Untuk pengorbana seseorang, garam yang disekitar yang sudah di taburi melingkar sebagai batas langkah tidak boleh melebihinya. Aku sedari pingsan di bawa, kaki dan tanganku di ikat di letakkan di dalam lingkaran orang-orang yang melihatnya menganggap diriku berbahaya, sebagai bahan pemujaan atau pengorbanan. Ketua yang memimpin dengan jubah merah darah yang mengeluarkan karisma. Melangkahi memasuki lingkaran dan mendekati tubuhku tergeletak di tanah. Saat mengikuti Sesembahan tidak boleh membawa alat komunikasi, benda yang mencolok, perhiasan, make up berlebihan. Dan harus menutupi identitasnya untuk orang lain tidak mengetahuinya, tapi di saat yang sedang berlangsung suasana yang cukup darah jadi dingin. Bunyi dengiran telephone berbunyi pertama bergetar di salah satu saku di balik jubahnya. Lalu di matikan, dia percaya, tidak membawa alat komunikasi apapun, tapi ada getaran di dalam sakunya, yang lain juga sama bergetar sangat keras di matikan di ikuti yang lain. Matahari sudah tak tampak di jendela kaca pecah yang ditutup kain hitam. Hari semakin gelap, malam akan berganti. Cahaya yang berada di balik jubah mulai lagi sekarang ada perbuhan volume yang tidak ada, semakin mengeras untuk mendengarkannya diri nya sendiri, dan orang di sampingnya. Mengecek kembali di dalam tubuh yang di pegang adalah HP milik mereka yang telah di tinggalkan telah kembali kepada pemiliknya. Ketua yang sedang melihat wajahku seperti mau memakanku, mencoba melahap wajahku dengan bibirnya. Tiba-tiba suara datang di satu orang yang berada di depan ketua. Ketua langsung melihatnya untuk tidak mengganggu sesembahannya. Mencoba menghentikannya Email masuk ke Hpnya, mencoba untuk mematikan Hpnya nyala lagi dengan Email terbuka yang dibaca Help Me !!, tulisannya seperti darah yang mengalir ke bawah, latar belakang menyala-nyala terang seperti api. Semua yang tidak memperhatikan Hp mereka, suara yang berada di sakunya kerluar. Tolong aku !!, Tolong aku !!, Tolong aku !!, suara yang sangat lirih semakin mengeras. Kebisingan yang mulai mengelilingi yang lain suara berdatangan dari arah mana saja. Angin diluar semakin kencang, Kaca yang sudah retak berjatuhan cermin yang berada di atas bangunan tidak menampakan bayangan manusia, melainkan lilin yang menyala mulai membiru di sekeliling lingkaran. Semua merasakan gelisah, keanehan yang sudah menjadi-jadi, salah satu lilin jatuh, yang tidak ada minyaknya di lingkaran terbakar tinggi sampai menjulai langit, ketua yang masih berada di dalam terperangkan. Ketua mencoba keluar, tapi semburan api terlalu panas, lidah api membakar jubahnya. Badanku terguncang hebat di dalam diriku, seperti adanya perlawanan hebat, untuk menguasai tubuh orang yang tidak sadar. Ketua kembali lagi ke tengah lingkaran sambil melepas jubahnya, tubuh ku tersujud yang mulai bangkit, ikatan tali yang kuat tiba-tiba mengendor. Api mulai membentuk symbol satan membangkitkan iblis yang sudah menemukan wadahnya. “Aku bukan salah satu dari mereka walaupun aku seperti iblis. Aku menolaknya” hati yang berbicara saat ketua memeluk tubuhku mendengar jeritan di dalamku. Api dengan lambat tapi pasti sedang membentuknya. Aku mulai sadar setengah diriku untuk meminta pertolongan. “Tolong aku !!”, Di dalam aturan Upacara sesembahan siapapun tidak boleh berbicara, berlakunya juga untuk pengunjung, dan tidak boleh meninggalkannya sampai upacara selesai. Semua melupakannya, untuk menyelamatkan diri. Tampak dari luar rumah tua yang terkesan mewah biasa saja. Didalamnya ada tragedy mengeringan terjadi.”Baiklah, si-si-siapa namamu ?” Ketua dengan suara yang begitu ketakutan mulai mengeluarkan air mata.”Sa-Sa….”. Bukan namaku adalah….”Ka-ka…mu di..a…m sa..ja.” Ketakutan yang mulai gila api bergoyang menyambat daerah lain tapi tidak membakarnya. Ketua semakin erat memelukku untuk menengakan dirinya dan membantu diriku dari luar. Simbol Satan mulai terbentuk sedang menyatukan yang lain. Aku akan menyingkirkanmu dari sisi ku…Iblis. “Hahaha….manusia lemah yang kurang ajar bisa apa kamu…Menyingkirlah dariku.” Ketua terlempar keluar dari api dan menyelamatkan diri tinggal dia seorang pergi keluar mencari bantuan. “Menyerah sajalah manusia tubuhmu akan jadi milikku.”Pada saat itu tubuhku tidak bisa mengaturnya lagi mulai berbicara dengan insting untuk menyelematkan tubuhku. Jika itu mau mau. “Jika itu mau mu…” Maka aku akan…”Maka kamu akan…” Berkontrak dengan dirimu. Aku sudah tidak bisa melawannya lagi
. Yang bisa kulakukan menjual jiwaku, tidak ada pilihan lagi, salah satu yang sangat tidak ingin ku ucapkan. “Baiklah, berapa lama yang kamu inginkan.” Selama jasad ini tidak bisa mengatur diriku..”Manusia. jika tubuhmu melakukan kegiatan yang suci, maka aku langsung akan membakarnya.” Walaupun iblis mengisyaratkanku tapi akal sehat masih bisa berfikir. Baiklah…tapi dengan satu syarat.”Syarat apa yang ingin kamu inginkan.” Biarkan aku melakukan hal yang kusuka. Jadi jangan melarang ku.” Aku tidak mengabulkannya.”Iblis menolak mentah-mentah permintaanku. Aku memberikan Indera pentingku untuk mengabulkannya. Kamu bisa meminjam hati, pikiran, mata, dan telingaku sebagai jaminan.”Sangat menarik.”Satu lagi kamu jangan ikut campur dengan kehidupanku.”Baiklah…jika kamu melanggarnya. Akan ku peringatkan.” Terserah kamu saja. Aku mendapatkan dua burung dalam satu batu, dengan kata lain satu syarat di kabulkan, memberikan peringatan yang halus.
Dua gadis belia nan cantik sedang menuju rumah tua yang masih bagus tersebut, mereka bersembunyi para penyamun keluar dan meninggalkannya. Dan pemimpinnya ikut menyusul dari belakang sambil menggendongnya kakinya sangat lemas untuk melangkah.
“Dewi…aku sangat penasaran. Bisakah kamu menjawabnya.” Suara yang amat pelan dan lirih terdengar di telinga saling membisik satu sama lain.
“Tenanglah sebentar, ntar kita akan ketahuan.” Mengalihkan pembicaran El yang sangat mengganggu.
“Hmm…” El mulai ngambek mulai menjahilinya
“Tunggu… dulu apa yang kamu lakukan.” Mereka masih bersembunyi, untuk menyembunyikan keberadaan pada saat yang tepat sudah tidak orang.
“A-haha… El, apa yang sedang kamu lakukan” Mengeluarkan suara mesumnya dan menahan rasa geli, yang di buat El. Tidak akan berhenti sampai dia puas terlalu keras kepala untuk perempuan yang sok polos.
“Aku akan menjawabnya, setelah aku bertemu dengan dia.” Suara mesumnya sangat menggairahkan dapat meghipnotis kaum lelaki jika mendengarkannya. El berhenti menjahilinya, Dewi mulai menyerang balik, menjatuhkan tubuh El yang kecil dan mengingat tangannya. Untuk tidak berbuat aneh lagi.
“Syukurlah kita tidak ketahuan. Cepat berdiri El, sudah tidak ada waktu lagi.” Dewi memaksa El untuk berdiri yang mulai susah di atur, dan mengangkat tubuhnya dipanggul di bahu kirinya Dewi.
“Hentikan turunkan aku, ini perintah.” Pipi yang kembung mengucapkan suara manis seperti anak kecil, yang tidak bisa melawan.
“Diamlah sebentar putri kecil.” Dewi membawanya sambil menggendongnya membiarkan perkataan yang enak di dengar merupakan kesukaan dewi, yang selalu melayaninya.
Api yang menyala panas mulai terasa dingin, symbol yang hampir terbentuk berhenti. Nora melangkah keluar lingkaran dengan berjalan santai matanya yang sedang focus memperhatikan kedepan sekarang dia tidak akan tunduk lagi atau takut lagi dengan siapapun. Iblis berada di aliran darahnya. Jin sebagai pendamping manusia menghilang. Melangkah santai keluar dari api dengan pijakan kaki kiri. Di luar lingkaran langsung menghilang redupan apinya. Di dalam ruang tersebut masih utuh tak ada yang terbakar sama sekali, hanya beberapa alat dan jubah yang terbakar. Hp yang tadi Cuma ilusi semata, yang terlihat sangat nyata, melainkan para setan yang bersemayam di dalam ruang tersebut mulai gila, tidak beraturan. Yang terkendalikan oleh api yang menyulut para setan di dalam menghilang, membunuhnya sesama iblis untuk merebutkan tubuh manusia. Badan terasa ringan kembali kesadaranku kembali yang meiliki jalinan hubungan yang sangat menguntungkan oleh diriku. Mulai tersenyum sambil berjalan menuruni tangga. “Betapa hebatnya diriku ini.” Kegilaan diriku bangkit lagi karena ketidakadaan manusia, diriku yang sejati muncul.”Melihat, melakukannya, yang tidak pernah kupikirkan dan kusadari seolah ,aku ini sangat hebat.” Suara yang keras berteriak mulai lirih membisiki diriku.”Hi-hihi-Haha.” Tertawalah dirimu sendiri permalukanlah dirimu sendiri. Ini diriku yang asli. Suara ketukan pintu dari luar sangat keras mulai terdengar di seluruh ruangan yang terlalu luas untuk di tinggali satu orang. Aku mulai mendengarnya dan juga ingin pergi dari sini.”Siapa mertamu di malam ini ? Sambil tercekekeh dan berbicara. “Permisi, apa disini ada orang !!” Dewi berteriak – teriak dari luar sambil menendang pintu yang tinggi nya lima meter. “Jangan menendangnya, tetangga mulai terganggu.” El memberitahukan dewi untuk sabar. “Putri kecil mana ada orang yang mau tinggal disini.” Pertengkaran kecil diantara mereka mulai lagi. “Tapi disini ada orang.” Dewi pura-pura tidak mendengarnya. Mulai menggedor pintu lagi lebih keras.”Hay….Hay…Aku datang.” Aku membalas seolah tuan rumah ini dan membuka pintunya dari dalam.”Sudah kuduga kamu disini ?” Wajahnya mulai segar lagi melihat wajahku yang tidak tertutupi dengan kerudung."Udaranya sangat segar dan pemandangan di depanku sangat bagus.” Meregangkan tubuhku dan menghirup udara secara dalam-dalam sambil melihat pinggul Vivi yang masih diangkat membelakanginya.”Gimana perasaanmu ?, Tidak usah kamu jawab di lihat saja seperti sedia kala.” Hubungan yang tidak pernah bertemu mulai terikat kembali.”Seperti yang kamu pikirkan aku sudah kembali lagi.” Nora sudah menduganya dewi akan mengucapkannya.”Selamat datang Honey.” Sambil tersenyum di balik terbenamnya matahari momen yang sangat indah diabadikan melalui pemandangan mata Nora. “Aku pulang.” Nora membalas senyumannya yang belum pernah di lihat orang sebelumnya hanya rahasia diantara mereka saja. Vivi mulai penasaran gimana rasa senyuman laki-laki yang berwajah datar dan dingin tersebut.”Aku juga ingin melihatnya. Turunkan aku dewi!” Mulai memberontak dan menurunkan badannya lagi melepaskan ikatannya.”Ne-ne coba tersenyum lagi.” Vivi memintanya dengan harapan ingin melihatnya.”Maaf ya putri kecil sekarang waktunya pulang.” Nora mengelus rambutnya untuk mengalihkan pembicaraan.”Aku bukan anak kecil.” Vivi bertingkah imut. Pipinya mulai mengembang lagi.”Tidak apa kamu anak kecil, aku akan menyayangimu.” Nora mulai memeluknya dan menggendongnya seperti tuan putri.”Tunggu aku juga ingin.” Telinga dewi mulai memerah merasa iri apa yang aku lakukan.”Mungkin besok.” Menyingkat pembicaraan dan kembali lagi ke lokasi awal. Perbincangan yang sudah lama tak bertemu. Sejauh apapun hubungan kita akan bertemu lagi di tempat yang berbeda, selama apapun kita tak bertemu. Selama kita hidup dan mempertahankan benang pertemanan. Akan saling Tarik menarik.
Epilog End